TokohSi komo sendiri di ambil dari hewan asli Indonesia yang menjadi salah satu keajaiban dunia yaitu Komodo. Lagu Sikomo sendiri di nyanyikan oleh Melisa penyanyi cilik yang sangat terkenal di era 90-an. Ia sukses membawakan lagu-lagu anak seperti abang tukang bakso, Semut-semut Kecil , Si Kancil Anak Nakal dan lainnya.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sore ini, saat saya duduk santai di halaman rumah kontrakan sambil menikmati secangkir minuman teh hijau ditemani suasana sore yang cerah, tiba-tiba dari rumah tetangga terdengar sayup-sayup suara lagu diputar. Liriknya kurang lebih seperti ini “macet lagi macet lagi.. gara-gara si komo lewat...”. Ya, sebuah lagu anak-anak yang populer di era 90an lah yang diputar. Ternyata di dalamnya tersimpan makna-makna yg mungkin waktu saya kecil dulu belum saya mengerti. Si komo “main” dan jalan-jalan ke kota karena ingin melihat pembangunan merata. Sindiran bahwa pembangunan saat itu masih dipusatkan di ibu kota Jakarta yang memang sungguh luar biasa dibandingkan kota-kota lainnya. Sedangkan di akhir lagu diselipkan “macet-lagi macet lagi, lebih baik naik bis kota”. Sebuah himbauan agar masyarakat lebih menggunakan fasilitas transportasi umum dibanding mobil pribadi untuk mengurangi macet. Sekarang, lagu anak-anak dengan lirik khas usia mereka yang masih polos dan lugu itu sudah hampir tidak ada. Padahal di jaman saya kecil dulu, saya pernah merengek minta dibelikan kaset “Si Lumba-Lumba” nya Bondan Prakoso ke Bapak. Bahkan dulu ada lho acara musik khas anak-anak, seperti “tralala-trilili” yang dibawakan Agnes Monica, “Pelangi”, dan “Cilukba...!” nya Maissy Muuuuaaaach... Hehe. Mungkin saat ini anak-anak seumuran saya pada waktu itu merengeknya sudah beda. Mintanya kumpulan cd bajakan lagu-lagu “wali” atau “st12” dan ikut-ikutan menonton “Dahsyat” atau “Inbox”. Duh, sayang sekali jika otak dan jiwa mereka yang masih polos, tapi kemampuan otaknya melebihi “spons” yang mampu menyerap informasi dari luar dalam waktu singkat itu dijejali lirik-lirik dewasa yang memang seharusnya belum mampu mereka tangkap dengan benar. Pencipta lagu anak-anak jaman dulu yang paling menonjol adalah Papa T Bob, Kak Seto, dan Ibu Kasur. Entah, selepas beliau-beliau mundur dari dunia lagu anak-anak, sepertinya tidak ada yang meneruskan lagi perjuangan mereka untuk menghibur jiwa-jiwa polos si kecil. Atau karena sekarang target marketnya sudah tidak ada? Apakah anak-anak tidak mau mendengarkan lagu anak-anak lagi? Semoga saja tidak. Regenerasi. Ini yang seharusnya disadari sejak dulu. Tidak hanya dalam hal hiburan tapi juga masalah sosial lainnya. Anak-anak membutuhkan “rockstar” atau tokoh hebat yang bisa memacu mereka untuk meraih dan menjadi “sesuatu”. Orang-orang macam Pak Habibie, Susi Susanti, menjadi contoh pentingnya regenerasi. Orang-orang hebat, tidak bisa selamanya menjadi hebat. Karena berbagai alasan, seperti usia, keluarga, dan lain-lain prestasi itu lama-lama akan memudar. Para “rockstar” orang-orang yang saya istilahkan sebagai panutan, idola, seseorang yang prestasinya menginspirasi orang lain itu butuh pengganti untuk mengisi posisi mereka jika suatu saat kondisi mereka sudah tidak berada di puncak prestasi. Jika tidak maka akan seperti kondisi sekarang ini dimana kita hidup dalam bayang-bayang masa lalu, baik masalah sederhana seperti hiburan, sosial budaya, teknologi sampai ke politik yang rumit. Perhatikan saja, karena tidak ada lagi sinetron berkualitas, maka Si Doel Anak Sekolahan ditayangkan ulang, begitu juga kumpulan tayangan grup Warkop DKI yang mampu memberikan humor segar tapi berkelas, masiiiiiiih saja diputar di televisi. Seandainya kita punya penerus pencipta lagu anak-anak, tokoh cerdas berprestasi, atlit juara, sutradara yang tidak sekedar profit oriented dan penerus rockstar-rockstar terdahulu, kita tidak akan terus tenggelam dan memuja-muja prestasi masa lalu. Kadang geli juga kalau ada yang bercerita kejayaan angkatan perang kita jaman Soekarno atau bagaimana Indonesia jauh meninggalkan Malaysia dalam hal perkembangan ekonomi pada masa lalu dan juga prestasi Hindia Belanda yang pernah menembus piala dunia. Tapi ya itu tadi. Semua itu sudah tinggal sejarah. Itu semua masa lalu. Let bygones be bygones kalau kata pepatah barat. Sekarang saatnya menatap masa depan. Kalau kata Ustad Maulana ustad dengan ciri kas “jama'aaaaaaahh oh jama'aaaah, guru berhasil atau tidak, dilihat dari murid-muridnya, suami berhasil atau tidak, dilihat dari bagaimana istrinya dan orang tua berhasil atau tidaknya dilihat dari keadaan putra-putri nya. Anak-anak seharusnya menikmati lagu, membaca buku, menonton film, bermain dan beraktivitas layaknya anak-anak. Karena dari generasi merekalah akan muncul “rockstar” baru yang berprestasi. Di tangan mereka lah masa depan dibentuk. Hal ini tidak akan terjadi bila mereka tidak dididik dengan seharusnya, seperti disuguhi informasi yang bukan konsumsi anak-anak. Lucu sekaligus ironis, beberapa saat setelah lagu si komo tadi selesai diputar, ada anak tetangga lewat dengan teman sebayanya, sambil bernyanyi “ kennaaapaa.. sekkaranngg.. cowok pada jago akting... nggaaak.. ngggaaaaakk.. ngggaaaakkk kuuuaaattt”.... Weleh... Weleh.. Weleh... Lihat Lyfe Selengkapnya Komojalan-jalan, berkeliling kota weleh weleh weleh weleh weleh Macet lagi, macet lagi Gara-gara si komo lewat Lewat H.I. lewat Harmoni Terakhir sampai di Monas back to bridge: back to * Macet, macet lagi Eh macet, jalanan macet Macet, macet lagi Lebih baik naik bis kota Macet, macet lagi Eh macet, jalanan macet Macet, macet lagi Lebih baik JAKARTA, - Boneka Si Komo milik psikolog anak Seto Mulyadi adalah hiburan pada era 90an bagi anak-anak. Lagu yang berjudul “Si Komo lewat Jalan Tol” menjadi salah satu ciri khas Komo saat di puncak popularitasnya. Dalam lagu itu diceritakan bahwa penyebab kemacetan di jalan raya karena Si Komo heran, banyak orang saat itu yang menganggap bahwa Si Komo adalah lambang satire dari Presiden Soeharto saat itu, yang menyebabkan jalanan macet ketika hendak lewat. Baca juga Kak Seto Ceritakan Asal Mula Si Komo Disebut Biang Kemacetan Karena anggapan itu, Kak Seto sempat dipanggil oleh Paspampres.“Anggapan Itu pernah muncul, sampai saya pernah dipanggil Paspampres,” ujar Kak Seto saat dihubungi Kamis 13/1/2022. Saat itu, Kak Seto membantah anggapan tersebut. “Terus ditanya betul enggak?’ Saya bilang, lho boneka ini kan populernya di TPI. TPI kan televisinya Mbak Tutut. Enggak mungkin dong saya menyindir Pak Harto dengan Si Komo, jadi itu tidak benar,” tutur Kak Seto. Baca juga Usia Si Komo Sudah 46 Tahun, Kak Seto Sebut Hanya Satu-satunya di Dunia Menurut Kak Seto, tak ada hubungan antara boneka Si Komo dengan Pak Harto. “Karena mirip-mirip aja kata-katanya. Karena ketika Beliau Pak Harto lewat, namanya pejabat kan jalan macet, diberhentikan, tapi enggak ada hubungannya sama satire itu,” kata Kak Seto. Garagara si komo lewat Lewat HI lewat Harmoni Terakhir sampai di Monas. Ada Taman Mini Indonesia Indah Jakarta semua ada Komo jalan-jalan berkeliling kota Weleh weleh weleh. Macet lagi macet lagi Gara-gara si komo lewat Pak polisi jadi bingung Orang-orang ikut bingung. Macet macet lagi Eh macet jalanan macet Macet macet lagi Lebih baik naik
Lirik Lagu Si Komo Lewat Tol - MELISA - Database Lirik Lagu Indonesia & Barat Terlengkap Dibawah ini Lirik Lagu Si Komo Lewat Tol yang merupakan salah satu karya MELISA. Untuk melihat LIRIK LAGU MELISA yang lainnya silahkan klik pada menu LIRIK LAGU MELISA diweb ini atau gunakan kotak pencarian Lagu Si Komo Lewat Tol, - MELISA*Macet lagi, jalanan macetGara-gara si komo lewatPak polisi jadi binggungOrang-orang ikut binggungMacet lagi, macet lagiGara-gara si komo lewatJalan Thamrin, Jalan SudirmanKatanya berkeliling kotaReffMomo si komo hey... mau kemana?Saya mau lihat gedung-gedung bertingkatMomo si komo hey... mau kemana?Saya mau lihat pembangunan merataLa la la la la la la la la laweleh weleh weleh weleh welehbridgeAda Taman Mini Indonesia Indah Jakarta semua adaKomo jalan-jalan, berkeliling kotaweleh weleh weleh weleh welehMacet lagi, macet lagiGara-gara si komo lewatLewat lewat HarmoniTerakhir sampai di Monasback to bridgeback to *Macet, macet lagiEh macet, jalanan macetMacet, macet lagiLebih baik naik bis kotaMacet, macet lagiEh macet, jalanan macetMacet, macet lagiLebih baik lewat jalan tolWeleh weleh weleh Itulah Tadi Lirik Lagu Si Komo Lewat Tol - MELISA Itulah tadi Lirik Lagu Si Komo Lewat Tol - MELISA Semoga anda menyukainya. Jangan lupa selalu kunjungi blog ini untuk mencari lirik lagu lainnya. Anda sedang membaca Lirik Lagu Si Komo Lewat Tol - MELISA dengan alamat Url
LaguSpesial Anak Indonesia berjudul Si Komo Lewat Tol. Lagu ini sangatlah cocok untuk diperdengarkan sebagai lagu anak paud ataupun lagu anak SD.Lirik lagu

JAKARTA, - Karakter Boneka Komo dan Seto Mulyadi adalah hiburan pada era 1990an yang tak bisa lepas dari ingatan anak-anak di masa itu. Boneka Si Komo milik pria yang akrab disapa Kak Seto itu mulai mengisi siaran televisi di era 1990-an di TPI. Ada satu lagu yang menjadi salah satu ciri khas Si Komo, yakni lagu yang berjudul “Si Komo lewat Jalan Tol”.Dalam lagu itu diceritakan bahwa penyebab kemacetan di jalan raya karena Si Komo lewat. Baca juga Usia Si Komo Sudah 46 Tahun, Kak Seto Sebut Hanya Satu-satunya di Dunia Apa yang diceritakan dalam lagu itu adalah kejadian nyata yang dialami Kak Seto dan Boneka Komo ketika sedang berada di Samarinda.“Waktu itu pernah diundang ke Samarinda, dongeng Si Komo, saya menciptakan boneka besar, yang kemudian seperti Barney. Si Komo saya bikin boneka besar untuk saya bikin opera,” ujar Kak Seto saat dihubungi Kamis 13/1/2022. Kak Seto menuturkan, saat itu ia dan Si Komo diminta untuk turun ke jalan dan mempromosikan opera yang akan digelar. “Nah, waktu itu pas hari minggu acaranya sebelum pertunjukkan jam 10, panitia mengajak saya menggandeng Si Komo tadi untuk promosi ke jalan bahwa nanti jam 10 akan ada opera Si Komo,” ucap Kak Seto. Baca juga Bocoran dari Kak Seto, Boneka Komo Akan Comeback Tahun Ini Antusiasme anak-anak yang saat itu meminta berfoto bersama Si Komo membuat jalanan di Samarinda kala itu macet. Oleh karenanya, lahirlah istilah bahwa penyebab kemacetan di jalan raya karena Si Komo sedang lewat.

Macetlagi, macet lagi Gara-gara si komo lewat Lewat H.I. lewat Harmoni Terakhir sampai di Monas back to bridge: back to * Macet, macet lagi Eh macet, jalanan macet Macet, macet lagi Lebih baik naik bis kota Macet, macet lagi Eh macet, jalanan macet Macet, macet lagi Lebih baik lewat jalan tol Weleh weleh weleh Komentar Advertisement Advertisement
JAKARTA, Bagi anak-anak generasi 1990-an, kehadiran boneka Si Komo dan lagu berjudul "Si Komo Lewat Jalan Tol" tentu menjadi kenangan indah masa kecil mereka. Bukan rahasia juga, di balik sosok ikonik itu ada Kak Seto, presenter dan psikolog anak. Awalnya, boneka Si Komo hanyalah boneka tangan berukuran kecil, belum sebesar yang dikenal anak-anak selama juga Usia 70 Tahun, Kak Seto Ungkap Keinginan Terjun Payung "Jadi waktu itu dulu boneka kecil, aslinya itu bukan hijau, tapi kita bikin besar supaya untuk operet," kata Kak Seto dikutip dari tayangan Pagi Pagi Ambyar. "Dulu masih hitam, jadi suaranya 'weleh weleh/ macet lagi macet lagi/ gara-gara saya lewat'," lanjut Kak Seto sambil menyanyikan sepenggal lagu populer Si kemudian boneka tangan Si Komo diubah menjadi berukuran besar dengan warna hijau untuk kepentingan operet. Suatu ketika, Si Komo yang berukuran besar itu akan menggelar pertunjukan di Samarinda. Baca juga Tiap 4 April, Kak Seto Jadikan Hari Pengabdiannya untuk Dunia Anak-anak Sebelum pertunjukan dimulai, Si Komo turun ke jalan untuk melakukan promosi. Tapi karena banyak yang ingin foto, akhirnya menimbulkan kemacetan. Dari kejadian itulah kemudian muncul lagu "Si Komo Lewat Tol".

Berikutini sepenggal lirik bagian chorus atau reff di lagu 'Si Komo Lewat Tol', yang menjadi polemik saat itu: Momo si komo hey mau kemana? Saya mau lihat gedung-gedung bertingkat Momo si komo hey mau kemana? Saya mau lihat pembangunan merata Dari situlah ada yang menyebarkan isu, seolah-olah Kak Seto tengah menyindir Presiden Soeharto.

JAKARTA, - Karakter boneka Si Komo melekat pada sosok psikolog anak Kak Seto Mulyadi. Kak Seto mengatakan, karakter tersebut berasal dari hewan komodo. Terciptanya karakter itu ternyata berawal dari Kak Seto yang sedih dengan lirik lagu "Si Kancil"."Dulu populer lagu 'Si Kancil'. Kancil itu kan maskot khas Indonesia juga. Tapi sayang kok dibilang, 'Si Kancil anak nakal, suka mencuri ketimun. Ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun'," tutur Kak Seto, dikutip dari kanal YouTube Trans TV Official, Kamis 18/11/2021. Baca juga Kak Seto Berbagi Cerita, Pernah Jadi Pemulung hingga Rambut Berponi yang Melegenda Saat itu, Kak Seto mencari hewan khas Indonesia yang tidak ada di negara lain untuk dijadikan inspirasi. Kak Seto lalu menyadari ada burung cendrawasih. Namun ternyata burung cendrawasih juga ada di Papua Nugini."Satu-satunya yang tidak ada di negara manapun juga ya komodo. Kalau dibilang Si Komodo, terlalu panjang. Jadi antara Si Komo atau Si Modo. Akhirnya cocok Si Komo," cerita Kak Seto. Dari situ, terciptalah karakter Si Komo. Baca juga 51 Tahun Mengabdi, Kak Seto Hanya 1 Presiden yang Tidak Panggil Saya Kak Begitupun lagu "Si Komo Lewat Tol" dan wujud bonekanya. Lagu yang dinyanyikan Melisa itu begitu populer di akhir tahun 90-an. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

5qLcPz.
  • 6svuche65f.pages.dev/443
  • 6svuche65f.pages.dev/578
  • 6svuche65f.pages.dev/118
  • 6svuche65f.pages.dev/265
  • 6svuche65f.pages.dev/217
  • 6svuche65f.pages.dev/163
  • 6svuche65f.pages.dev/225
  • 6svuche65f.pages.dev/284
  • lirik lagu si komo lewat