Salah satu agenda Majelis Dzikir SAEPI TQN Suryalaya ialah kajian fiqih bersama ustadz Muhammad Ruhiyat Haririe, Lc. Setiap Sabtu sore pukul hinga WIB. Kitab yang dikaji ialah Safinatunnajah karya Syekh Salim Sumair Al Hadrami dengan syarah Kasyifatussaja karya Syekh Nawawi Al Bantani. Dalam kajian tersebut ustadz Haririe, panggilan akrabnya, membahas makna laa ilaha illa Allah. وَمَعْنَى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ لاَ مَعْبُودَ بِحَقٍّ -فِيْ الْوُجُوْدِ- إِلاَّ اللهُ Makna لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ adalah tidak ada yang berhak disembah -dalam wujud- selain Allah. أي لا يستحق أن يذل له كل شيء إلا اﷲ Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu tidak berhak menghinakan diri atau menyembah kecuali kepada Allah. Laa Ilaaha Illallah tersusun dari 3 huruf [ا – ل – ه], dan terdiri dari 4 kata Laa, Ilaha, illa dan Allah [لا اله الا الله]. Pertama, kata Laa Disebut laa nafiyah lil jins huruf lam yang berfungsi meniadakan keberadaan semua jenis kata benda setelahnya. Misalnya kata “Laa raiba fiih” tidak ada keraguan apapun bentuknya di dalamnya. Artinya meniadakan semua jenis keraguan dalam al-Quran. Sehingga laa dalam kalimat tauhid bermakna meniadakan semua jenis ilaah, dengan bentuk apapun dan siapapun dia. Baca juga Apakah Rasulullah Saw Pernah Melakukan Talqin Secara Berjamaah Kedua, kata Ilah Kata ini merupakan bentuk mashdar kata dasar, turunan dari kata aliha – ya’lahu [ألـه – يألـه] yang artinya beribadah. Sementara kata ilaahun [إلـه] merupakan isim masdar yang bermakna maf’ul obyek, sehingga artinya sesembahan atau sesuatu yang menjadi sasaran ibadah. Jika kita gabungkan dengan kata laa, menjadi laa ilaaha [لا إلـه], maka artinya tidak ada sesembahan atau sesuatu yang menjadi sasaran ibadah, apapun bentuknya. Ketiga, kata Illa Ilaa artinya kecuali. Disebut dengan huruf istitsna’ pengecualian yang bertugas untuk mengeluarkan kata yang terletak setelah illa dari hukum yang telah dinafikan oleh laa. Sebagai contoh, Laa rajula fil Masjid illa Muhammad’, Tidak ada lelaki apapun di masjid, selain Muhammad. Kata Muhammad dikeluarkan dari hukum sebelum illa yaitu peniadaan semua jenis laki-laki di masjid. Baca juga Tiga Ilmu yang Wajib Dipelajari Pengamal Tarekat Keempat, kata Allah Dialah Sang Tuhan, dikenal oleh makhluk melalui fitrah mereka. Karena Dia Pencipta mereka. Sebagian ahli bahasa mengatakan, nama Allah [الله] berasal dari kata al-Ilah [الإلـه]. Hamzahnya dihilangkan untuk mempermudah membacanya, lalu huruf lam yang pertama diidhgamkan pada lam yang kedua sehingga menjadi satu lam yang ditasydid, lalu lam yang kedua dibaca tebal. Sehingga dibaca Allah. Demikian pendapat ahli bahasa Imam Sibawaih. Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan maknanya dalam kitab Madarijussalikin, الله وحده هو المعبود المألوه الذي لا يستحق العبادة سواه “Allah Dialah al-Ma’bud yang diibadahi, al-Ma’luh yang disembah. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia” Syaikh Muhammad Abdul Qadir Khalil menjelaskan bahwa para ulama tauhid sepakat bahwa makna Laa Ilaaha illallah adalah Laa ma’buda bihaqqin illallah tiada tuhan yang disembah dengan hak kecuali Allah, bukan Laa ma’buda illallah, tiada tuhan yang disembah selain Allah. Baca juga Perbedaan Orang yang Lalai dan yang Berakal Andai makna Laa Ilaaha illallah adalah Laa ma’buda illallah, tiada tuhan yang disembah selain Allah, niscaya kenyataannya berbohong. Sebab, masih mengasumsikan ada tuhan-tuhan selain Allah di luaran sana yang disembah. Padahal, tuhan-tuhan itu semuanya batil kecuali Allah. Karena itu, perlu dipastikan bahwa makna Lâ ilâha illallâh adalah tiada tuhan yang hak kecuali Allah. Tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya kecuali Dia. Selain bermakna Laa mabuda bihaqqin illallah Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Laa ilaha illallah juga bermakna Laa maujuda bihaqqin illallah Tiada maujud yang hak selain Allah dan Laa masyhuda bihaqqin illallah Tiada yang disaksikan dengan hak selain Allah. Makna Laa mabuda bihaqqin illallah ini juga ditegaskan Allah dalam surah al-Fatihah. Iyyaka nabudu Hanya kepada Engkau kami menyembah. Lagi-lagi gaya bahasa yang dipergunakan adalah gaya bahasa qashr. Bedanya, jika Laa ilaha illallah dengan qashr nafyi dan itsbat, sedangkan iyyaka nabudu dengan qashr taqdim ma haqquhu al-ta’khir mendahulukan bagian kalimat yang biasa diakhirkan. Tanpa qashr, kalimat itu berbunyi, Nabuduka Kami menyembah Engkau. Namun, dalam gaya bahasa qashr, kalimat itu menjadi Iyyaka nabudu Hanya kepada Engkau kami menyembah.” Karena itu, siapa pun yang telah menyelami makna ini, tidak akan ada yang bisa menghalangi dirinya beribadah, tidak ada yang terpikir saat dirinya beribadah kecuali Allah. Kemudian Laa maujuda bihaqqin illallah maksudnya tiada yang maujud -bermakna wujud- dengan hak kecuali Allah. Segala wujud yang terlihat bukan wujud yang hakiki. Wujudnya bumi misalnya. Ia diwujudkan oleh Allah. Selain itu, wujud bumi juga terbatas dan fana. Begitu pula wujud-wujud yang lain. Semuanya wujud karena ada yang mewujudkan. Tetaplah wujud yang hakiki dimiliki oleh Allah, Dzat yang maha wujud, azali, qadim, dan kekal. Kemudian Laa masyhuda bihaqqin maksudnya tidak ada yang disaksikan dengan hak kecuali Allah. Apa pun yang dilihat dan disaksikannya semata-mata karena wujud dan kebesaran-Nya. Tidak ada yang disaksikan semata rencana, kehendak, kekuasaan, dan hikmah-Nya. Baca juga Saepi Gelar Kajian Online Bahas Iman dan Tingkatannya Tidak ada yang buruk di sisi-Nya. Sehingga manakala ada seseorang yang melihat perkara buruk oleh mata kepalanya, maka dengan pandangan mata hatinya bashirah terlihat baik dan sejalan dengan hikmah yang hendak diberikan-Nya. Bahkan, seorang yang telah menyelami makna ini, tidak bisa melihat sesuatu di depannya kecuali Allah. Itu pula yang terjadi pada al-Hallaj yang pernah mengatakan, “Ana al-Haqq.” Para ulama tasawuf menyebut makna Laa ma’buda ini sebagai makna syariat, makna Laa maujuda sebagai makna tarekat, dan Laa masyhuda sebagai makna hakikat. Turunan dari tiga makna di atas adalah Laa maqshuda bihaqqin illallah tiada yang dituju dengan hak selain Allah, Laa maqdura bihaqqin illallah tiada yang dikuasakan dengan hak selain Allah, Laa mas’ula bihaqqin illallah tiada yang diminta dengan hak selain Allah, La mahbuba bihaqqin illallah tiada yang dicintai dengan hak selain Allah, dan seterusnya. Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe! Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan ______
KekuatanMakna La ilaha illallah dari Tinjauan Gaya Bahasa. Para ulama tauhid sepakat bahwa makna Lâ ilâha illallâh adalah Lâ ma'bûda bihaqqin illallâh (tiada tuhan yang disembah dengan hak kecuali Allah), bukan Lâ ma'bûda illallâh, (tiada tuhan yang disembah selain Allah). Andai makna Lâ ilâha illallâh adalah Lâ ma'bûda illallâh, (tiada tuhan yang
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۖوَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ Qad samiallāhu qaulal-latī tujādiluka fī zaujihā wa tasytakī ilallāhi, wallāhu yasmau taḥāwurakumā, innallāha samīum baṣīrun. Sungguh, Allah telah mendengar ucapan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu Nabi Muhammad tentang suaminya dan mengadukan kepada Allah, padahal Allah mendengar percakapan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. اَلَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْكُمْ مِّنْ نِّسَاۤىِٕهِمْ مَّا هُنَّ اُمَّهٰتِهِمْۗ اِنْ اُمَّهٰتُهُمْ اِلَّا الّٰۤـِٔيْ وَلَدْنَهُمْۗ وَاِنَّهُمْ لَيَقُوْلُوْنَ مُنْكَرًا مِّنَ الْقَوْلِ وَزُوْرًاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَعَفُوٌّ غَفُوْرٌ Allażīna yuẓāhirūna minkum min nisā'ihim mā hunna ummahātihim, in ummahātuhum illal-lā'ī waladnahum, wa innahum layaqūlūna munkaram minal-qauli wa zūrān, wa innallāha laafuwwun gafūrun. Orang-orang yang menzihar istrinya menganggapnya sebagai ibu di antara kamu, istri mereka itu bukanlah ibunya. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah perempuan yang melahirkannya. Sesungguhnya mereka benar-benar telah mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. وَالَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْ نِّسَاۤىِٕهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَالُوْا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَاۤسَّاۗ ذٰلِكُمْ تُوْعَظُوْنَ بِهٖۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ Wal-lażīna yuẓāhirūna min nisā'ihim ṡumma yaūdūna limā qālū fa taḥrīru raqabatim min qabli ay yatamāssā, żālikum tūaẓūna bihī, wallāhu bimā tamalūna khabīrun. Orang-orang yang menzihar istrinya kemudian menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan wajib memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu berhubungan badan. Demikianlah yang diajarkan kepadamu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَاۤسَّاۗ فَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَاِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًاۗ ذٰلِكَ لِتُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖۗ وَتِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ ۗوَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ Famal lam yajid faṣiyāmu syahraini mutatābiaini min qabli ay yatamāssā, famal lam yastaṭi fa iṭāmu sittīna miskīnān, żālika litu'minū billāhi wa rasūlihī, wa tilka ḥudūdullāhi, wa lil-kāfirīna ażābun alīmun. Siapa yang tidak mendapatkan hamba sahaya wajib berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya berhubungan badan. Akan tetapi, siapa yang tidak mampu, wajib memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah agar kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah ketentuan-ketentuan Allah. Orang-orang kafir mendapat azab yang pedih. اِنَّ الَّذِيْنَ يُحَاۤدُّوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ كُبِتُوْا كَمَا كُبِتَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَقَدْ اَنْزَلْنَآ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍۗ وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ مُّهِيْنٌۚ Innal-lażīna yuḥāddūnallāha wa rasūlahū kubitū kamā kubital-lażīna min qablihim wa qad anzalnā āyātim bayyinātin, wa lil-kāfirīna ażābum muhīnun. Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya dihinakan sebagaimana dihinakan orang-orang sebelum mereka. Sungguh, Kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Orang-orang kafir mendapat azab yang menghinakan. يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْاۗ اَحْصٰىهُ اللّٰهُ وَنَسُوْهُۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ ࣖ Yauma yabaṡuhumullāhu jamīan fa yunabbi'uhum bimā amilū, aḥṣāhullāhu wa nasūhu, wallāhu alā kulli syai'in syahīdun. Pada hari itu Allah membangkitkan mereka semua, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya semua amal meskipun mereka telah melupakannya. Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ اِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ اَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْثَرَ اِلَّا هُوَ مَعَهُمْ اَيْنَ مَا كَانُوْاۚ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ Alam tara annallāha yalamu mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍi, mā yakūnu min najwā ṡalāṡatin illā huwa rābiuhum wa lā khamsatin illā huwa sādisuhum wa lā adnā min żālika wa lā akṡara illā huwa maahum aina mā kānū, ṡumma yunabbi'uhum bimā amilū yaumal-qiyāmahti, innallāha bikulli syai'in alīmun. Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, kecuali Dialah yang keempatnya dan tidak ada lima orang, kecuali Dialah yang keenamnya. Tidak kurang dari itu atau lebih banyak, kecuali Dia bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian, Dia memberitakan apa yang telah mereka kerjakan kepada mereka pada hari Kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ نُهُوْا عَنِ النَّجْوٰى ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَيَتَنٰجَوْنَ بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِۖ وَاِذَا جَاۤءُوْكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللّٰهُ ۙوَيَقُوْلُوْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللّٰهُ بِمَا نَقُوْلُۗ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُۚ يَصْلَوْنَهَاۚ فَبِئْسَ الْمَصِيْرُ Alam tara ilal-lażīna nuhū anin-najwā ṡummā yaūdūna limā nuhū anhu wa yatanājauna bil-iṡmi wal-udwāni wa maṣiyatir-rasūli, wa iżā jā'ūka ḥayyauka bimā lam yuḥayyika bihillāhu, wa yaqūlūna fī anfusihim lau lā yuażżibunallāhu bimā naqūlu, ḥasbuhum jahannamu, yaṣlaunahā, fa bi'sal-maṣīru. Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali melakukan apa yang telah dilarang itu? Mereka saling mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Apabila datang kepadamu Nabi Muhammad, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan cara yang bukan sebagaimana yang ditentukan Allah untukmu. Mereka mengatakan dalam hati, “Mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Maka, neraka itu seburuk-buruk tempat kembali. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā tanājaitum falā tatanājau bil-iṡmi wal-udwāni wa maṣiyatir-rasūli wa tanājau bil-birri wat-taqwā, wattaqullāhal-lażī ilaihi tuḥsyarūna. Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu saling mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah berbicara tentang perbuatan dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Akan tetapi, berbicaralah tentang perbuatan kebajikan dan takwa. Bertakwalah kepada Allah yang hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan. اِنَّمَا النَّجْوٰى مِنَ الشَّيْطٰنِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَيْسَ بِضَاۤرِّهِمْ شَيْـًٔا اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ Innaman-najwā minasy-syaiṭāni liyaḥzunal-lażīna āmanū wa laisa biḍārrihim syai'an illā bi'iżnillāhi, wa alallāhi falyatawakkalil-mu'minūna. Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu hanyalah dari setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati, sedangkan pembicaraan itu tidaklah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah. Hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥū fil-majālisi fafsaḥū yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzū fansyuzū yarfaillāhul-lażīna āmanū minkum, wal-lażīna ūtul-ilma darajātin, wallāhu bimā tamalūna khabīrun. Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” kamu berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُوْلَ فَقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوٰىكُمْ صَدَقَةً ۗذٰلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَاَطْهَرُۗ فَاِنْ لَّمْ تَجِدُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā nājaitumur-rasūla fa qaddimū baina yaday najwākum ṣadaqahtan, żālika khairul lakum wa aṭharu, fa'illam tajidū fa innallāha gafūrur raḥīmun. Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu ingin melakukan pembicaraan rahasia dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah kepada orang miskin sebelum melakukan pembicaraan itu. Hal itu lebih baik bagimu dan lebih bersih. Akan tetapi, jika kamu tidak mendapatkan apa yang akan disedekahkan, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ءَاَشْفَقْتُمْ اَنْ تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوٰىكُمْ صَدَقٰتٍۗ فَاِذْ لَمْ تَفْعَلُوْا وَتَابَ اللّٰهُ عَلَيْكُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗوَاللّٰهُ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ A'asyfaqtum an tuqaddimū baina yaday najwākum ṣadaqātin, fa iż lam tafalū wa tāballāhu alaikum fa'aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta wa aṭīullāha wa rasūlahūwallāhu khabīrum bimā tamalūna. Apakah kamu takut menjadi miskin jika mengeluarkan sedekah sebelum melakukan pembicaraan rahasia dengan Rasul? Jika kamu tidak melakukannya dan Allah mengampunimu, tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. ۞ اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْۗ مَا هُمْ مِّنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْۙ وَيَحْلِفُوْنَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ Alam tara ilal-lażīna tawallau qauman gaḍiballāhu alaihim, mā hum minkum wa lā minhum, wa yaḥlifūna alal-każibi wa hum yalamūna. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang munafik yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai sahabat? Orang-orang itu bukan dari kaum-mu dan bukan dari kaum mereka. Mereka bersumpah secara dusta mengaku mukmin, padahal mereka mengetahuinya. اَعَدَّ اللّٰهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًاۗ اِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Aaddallāhu lahum ażāban syadīdān, innahum sā'a mā kānū yamalūna. Allah telah menyediakan azab yang sangat keras bagi mereka. Sesungguhnya sangat buruk apa yang selalu mereka kerjakan. اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ Ittakhażū aimānahum junnatan fa ṣaddū an sabīlillāhi falahum ażābum muhīnun. Mereka menjadikan sumpah-sumpahnya sebagai perisai, lalu menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Maka, bagi mereka azab yang menghinakan. لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْـًٔاۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ Lan tugniya anhum amwāluhum wa lā aulāduhum minallāhi syai'ān, ulā'ika aṣḥābun-nāri, hum fīhā khālidūna. Harta benda dan anak-anak mereka tidak berguna sedikit pun untuk menolong mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا فَيَحْلِفُوْنَ لَهٗ كَمَا يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ عَلٰى شَيْءٍۗ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ Yauma yabaṡuhumullāhu jamīan fa yaḥlifūna lahū kamā yaḥlifūna lakum wa yaḥsabūna annahum alā syai'in, alā innahum humul-kāżibūna. Ingatlah pada hari ketika Allah membangkitkan mereka semuanya. Lalu, mereka bersumpah kepada-Nya bahwa mereka mukmin sebagaimana mereka bersumpah kepadamu. Mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu manfaat dari dustanya. Ketahuilah, sesungguhnya mereka adalah para pendusta. اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطٰنُ فَاَنْسٰىهُمْ ذِكْرَ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ حِزْبُ الشَّيْطٰنِۗ اَلَآ اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطٰنِ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ Istaḥważa alaihimusy-syaiṭānu fa'ansāhum żikrallāhi, ulā'ika ḥizbusy-syaiṭāni, alā inna ḥizbasy-syaiṭāni humul-khāsirūna. Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikannya lupa mengingat Allah. Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah sesungguhnya golongan setan itulah orang-orang yang rugi. اِنَّ الَّذِيْنَ يُحَاۤدُّوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗٓ اُولٰۤىِٕكَ فِى الْاَذَلِّيْنَ Innal-lażīna yuḥāddūnallāha wa rasūlahū ulā'ika fil-ażallīna. Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. كَتَبَ اللّٰهُ لَاَغْلِبَنَّ اَنَا۠ وَرُسُلِيْۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ Kataballāhu la'aglibanna ana wa rusulī, innallāha qawiyyun azīzun. Allah telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. لَا تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ يُوَاۤدُّوْنَ مَنْ حَاۤدَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَوْ كَانُوْٓا اٰبَاۤءَهُمْ اَوْ اَبْنَاۤءَهُمْ اَوْ اِخْوَانَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْاِيْمَانَ وَاَيَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِّنْهُ ۗوَيُدْخِلُهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُۗ اُولٰۤىِٕكَ حِزْبُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ حِزْبَ اللّٰهِ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ࣖ Lā tajidu qaumay yu'minūna billāhi wal-yaumil ākhiri yuwāddūna man ḥāddallāha wa rasūlahū wa lau kānū ābā'ahum au abnā'ahum au ikhwānahum au asyīratahum, ulā'ika kataba fī qulūbihimul-īmāna wa ayyadahum birūḥim minhu, wa yudkhiluhum jannātin tajrī min taḥtihal-anhāru khālidīna fīhā, raḍiyallāhu anhum wa raḍū anhu, ulā'ika ḥizbullāhi, alā inna ḥizballāhi humul-mufliḥūna. Engkau Nabi Muhammad tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sekalipun mereka itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau kerabatnya. Mereka itulah orang-orang yang telah Allah tetapkan keimanan di dalam hatinya dan menguatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya. Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung. Quick Links Yasin Al Waqiah Al Kahfi Al Mulk Ar Rahman An Nasr Al Baqarah At Tin Al Fatihah An Nas An Naba Al Qariah